Semalam (08/022015), saya memutuskan untuk mengunjungi Atjeh Batee Festival yang diadakan di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh. Dua hari sebelumnya saya sebenarnya juga sudah mengunjungi, pada waktu sore hari bersama guru saya dan anak buah nya, namun berhubung semalam adalah malam puncak, saya memutuskan untuk pergi sekali lagi, sendiri. Tujuan saya adalah mengambil foto - foto untuk saya tuliskan di sini.
Jauh sebelum batu cincin heboh di Aceh seperti sekarang ini, saya sudah duluan memakai batu cincin. Awalnya, saya di beri cincin delima siam oleh seorang teman saya. Hilang, saat saya sedang mandi di kantor tempat saya bekerja, di Meulaboh, Aceh Barat.
Lalu, di beri oleh abang angkat, teman, saudara, semua nya habis saya bagi bagikan pada teman yang meminta. Yang tersisa sekarang hanya lah batu cincin besar, pemberian Tuan Tapa penguasa daerah Aceh Selatan, dan pemberian guru saya.
Pada saat saya mengunjungi Atjeh Batee Festival sore hari itu bersama guru saya, saya tidak sempat mengambil foto. Kebetulan saya tidak membawa ponsel berkamera, jadi saya hanya bisa melihat tanpa mengabadikan. Semalam, saya putuskan kembali seorang diri, dengan tujuan mengambil foto.
Saat saya bersama guru mengunjungi festival tersebut, guru saya hanya melihat - lihat, dan sesekali guru saya bertanya pada penjual batu cincin disitu tentang batu cincin tertentu, yang menurut saya kurang menarik.
Sempat terlihat oleh saya, wajah guru agak gusar, saya hanya diam, karena tidak tahu sebab nya.
Rupanya, setelah kami pulang, guru menjelaskan, bahwa ia melihat banyak jin di situ. Saat saya tanyakan jin apa, guru mengatakan bahwa jin itu adalah jin yang menghuni batu cincin tersebut. Ada yang berbentuk putri, ada yang berbentuk harimau, dan juga ada berbentuk ular.
Salah satu cincin yang sempat ditanyakan guru, berasal dari Purbalingga, Jawa Timur. Itu berisi jin ular. Sedangkan cincin lain yang 'kosong' , hanya di lewati oleh guru, tanpa melihat dan bertanya pada penjualnya.
Ini foto - foto yang sempat saya ambil :
Jauh sebelum batu cincin heboh di Aceh seperti sekarang ini, saya sudah duluan memakai batu cincin. Awalnya, saya di beri cincin delima siam oleh seorang teman saya. Hilang, saat saya sedang mandi di kantor tempat saya bekerja, di Meulaboh, Aceh Barat.
Lalu, di beri oleh abang angkat, teman, saudara, semua nya habis saya bagi bagikan pada teman yang meminta. Yang tersisa sekarang hanya lah batu cincin besar, pemberian Tuan Tapa penguasa daerah Aceh Selatan, dan pemberian guru saya.
Pada saat saya mengunjungi Atjeh Batee Festival sore hari itu bersama guru saya, saya tidak sempat mengambil foto. Kebetulan saya tidak membawa ponsel berkamera, jadi saya hanya bisa melihat tanpa mengabadikan. Semalam, saya putuskan kembali seorang diri, dengan tujuan mengambil foto.
Saat saya bersama guru mengunjungi festival tersebut, guru saya hanya melihat - lihat, dan sesekali guru saya bertanya pada penjual batu cincin disitu tentang batu cincin tertentu, yang menurut saya kurang menarik.
Sempat terlihat oleh saya, wajah guru agak gusar, saya hanya diam, karena tidak tahu sebab nya.
Rupanya, setelah kami pulang, guru menjelaskan, bahwa ia melihat banyak jin di situ. Saat saya tanyakan jin apa, guru mengatakan bahwa jin itu adalah jin yang menghuni batu cincin tersebut. Ada yang berbentuk putri, ada yang berbentuk harimau, dan juga ada berbentuk ular.
Salah satu cincin yang sempat ditanyakan guru, berasal dari Purbalingga, Jawa Timur. Itu berisi jin ular. Sedangkan cincin lain yang 'kosong' , hanya di lewati oleh guru, tanpa melihat dan bertanya pada penjualnya.
Ini foto - foto yang sempat saya ambil :
Karena keterbatasan karakter, jadi tidak mungkin semua foto saya masukkan kemari. Bagi yang penasaran suasana real nya, bisa nonton video nya di sini.